Siri 111: Kekejaman Israel

Penjajahan Era Baru Dunia

i). Menuju Perang Peradaban dan Pemikiran

Interaksinya selama berabad-abad dengan peradaban Islam, penjajah tahu betul betapa Islam adalah agama yang memiliki peradaban moden. Ideologinya tidak hanya mampu mengungguli kekuatan tentera Barat, namun juga mengungguli peradaban dan intelektualiti mereka sekaligus. Kerana itu, ancaman peradaban Islam seperti ucapan jujur Prof Dr Huntington dalam “The Clash of Civilization and the Remaking of World Order” (1996) adalah suatu yang rasional. Atas pengalaman berharga itu, penjajah kemudian mengganti strateginya. Strategi baru pasca Perang Salib itu adalah melalui jalan perang peradaban dan pemikiran (ghazwul fikri).

Penjajahan berwajah baru ini tak kalah liciknya dengan penjajah konvensional. Dr Ali Mohd Garisyah dan Mohd Syarif Azzibaq, dalam bukunya “Asalibu Ghazwil Fikri lil `alamil Islami (Metode-metode Perang Pemikiran Terhadap Islam)” mengatakan, salah satu tahap penjajah pemikiran tersebut diantaranya adalah membangun pusat kajian-kajian KeIslaman di Barat (Orientalisme). Lalu, menyebarkan misi Kristian dengan mengirim misionari untuk menyingkirkan khilafah Islam di negeri-negeri muslim. Menurutnya, Kajian Ketimuran (orientalisme) itu bertujuan mendukung dan membantu usaha perluasan daerah yang dilakukan oleh penjajah. "Kajian-kajian seperti itu secara disengaja untuk memisahkan ummat Islam dari sumber ajaran Islam yang murni. Dan menimbulkan rasa menyerah dan kerdil berhadapan dengan cara hidup barat dan nilai barat." Laporannya, kajian seperti itu telah melahirkan banyak tokoh dan bahkan dikagumi oleh pakar-pakar di dunia Islam sendiri. Di Mesir diantaranya muncul Taha Husin, Kasim Amin (pelopor women liberalisme, Husin Fauzi, Ali Abdur Raziq dan banyak lagi. Secara sengaja, mereka melakukan pengkajian dan penerbitan buku-buku yang berbahaya bagi ajaran Islam.

Beberapa karya kaum oreintalis yang dianggapnya mengandungi banyak kekeliruan dan mengaburkan ajaran Islam adalah Dasiratul Ma'aruf Al Islamiah, Al Munjid Fillughah Wal Ulum Wal Adab, Al Mausu'ah `Arabiah Al `Muyassarah. Cara-cara yang dipakai oleh gereja dalam menyebarkan misi, dikutip Dr Ali Mohd Garisyah dan Mohd Syarif Azzibaq, termasuk diantaranya adalah membuka sekolah teologi dan biarawati. Gereja juga secara sengaja mengirim biasiswa kepada anak-anak jajahan yang jelas beragama Islam untuk melanjutkan pelajaran mereka di Barat. Dengan begitu anak-anak itu bakal berpola pemikiran Kristian dan mendukung misi. Ketua Jabatan Akidah Dan Filsafat, Kuliah Usuluddin Universiti al-Azhar Mesir, Prof. Taha Abd al-Salam Khudhair dan Prof. Dr. Hasan Muharram al-Sayyid al-Huwaini, pernah menelusuri kelicikan penjajahan ideologi kaum Kristian dan Barat itu. Menurutnya, mereka biasa mengirim pelajar Islam ke negara-negara bukan Islam untuk belajar. Kelak setelah lulus, kebanyakan mahasiswa ini akan menjadi orang jahil pada agamanya. "Mereka membangga-banggakan budaya Barat dan menghilangkan ajaran agama," begitu ujarnya. Dr. Abdurrahman Mas'ud mengatakan, kajian keislaman di Barat (orientalisme) adalah hasil persekongkolan gereja dengan penjajah. "Kajian Islam di Barat pada mulanya sarat dengan kepentingan missionari dan kolonialisme, sekaligus sebagai tunjang pencarian "kelemahan'' Timur dan Islam serta pengukuhan penjajahan Barat atas dunia Timur dan Islam," ujar bekas pascasarjana IAIN Wali Songo itu dalam tulisannya di sebuah akhbar harian. Ungkapan senada datang dari Edward Said.

Dalam bukunya Orientalism, ia mengatakan, kajian orientalisme adalah gerakan kolonial dan missionari yang dibungkus keilmuan. Dengan demikian tidaklah terlalu penting kawalan tentera untuk menjajah. Sebab, dengan “devide et empera”, kekuatan akan lemah dan saling bermusuhan sendiri. Tidaklah menghairankan, bila saat menghancurkan Aceh, penjajah Belanda mengirimkan seorang bernama Snouck Hourgronje. Snoucklah peletak dasar strategi menghancurkan Islam oleh Belanda. Snouck secara sengaja belajar Islam bahkan sampai mengaku masuk Islam. Ia belajar di Makkah Al-Mukarramah selama enam tahun dengan memakai nama samaran Abdul Ghaffar. Walau sikap kepura-puraan Snouck akhirnya terbongkar, tapi pola penjajahan dengan cara ghazwul fikri seperti itu terus berkembang hingga kini.

ii). Budaya Hiburan

Wajah baru penjajahan juga berbentuk budaya. Misalnya, penyebaran filem-filem, iklan, majalah, video klip, internet termasuk gaya hidup (life style). Jangan hairan bila muzik-muzik Barat seperti; rock, underground, heavymetal, R&B secara perlahan-lahan menggeser muzik-muzik Islam. Melalui budaya, Amerika memaksakan keinginan. Penjualan filem-filem Hollywood ke negeri ketiga, khususnya Islam berleluasa.Secara cepat pula industri filem yang didominasi Yahudi ini kemudian menjadi “trendsetter” gaya hidup umat manusia di seluruh dunia. Secara cepat pula, gaya hidup Barat dan Hollywood menjadi peradaban baru. Dengan helah globalisasi, seolah-olah apa yang kita tonton, dan yang kita makan dan apa yang kita pakai atau dikenal dengan slogan 3 F (food, fashion, and fun), haruslah memakai standart Barat dan Hollywood. Dalam bukunya Jihad vs McWorld, Benjamin R. Barber mengatakan, apa yang terjadi di dunia hari ini adalah pem-Barat-an budaya (westernisasi). MTV, McDonald, seluar jeans, musik rock , dan R & B dan filem-filem Hollywood kini dinikmati oleh warga dunia ketiga.

Budaya Barat tidak lagi milik segolongan orang Amerika, tapi sudah milik dunia. Termasuk negeri-negeri Islam. Apa yang menjangkiti dunia Islam hari ini adalah berkembangnya budaya hiburan . Indikasinya adalah eksploitasi aurat dalam media massa termasuk dalam TV kita. Hampir semua media yang membanjiri dewasa ini akan mengeksploitasi darjat rendah kaum hawa. Filem-filem seperti Beverly Hills, Dawson Creek, dan Melrose Place seolah-olah tontonan maha penting bagi semua orang dibanding rancangan ilmu pengetahuan. Info Selebriti, atau gosip artis, seolah begitu berharga dibanding berita penting lainnya dalam kehidupan. Semua itu, secara langsung masuk ke kamar kita secara bebas.

Terhadap mereka yang menerima gaya hidup Barat, mereka memberi jolokan Islam yang moderat, akomodatif, modernis, toleran, dan demokrat. Yang menolaknya disebut Islam radikal, fundamentalis atau Islam literal. Akibatnya begitu dahsyat. Keruntuhan moral melanda generasi muda. Seks bebas, dan hiburan melampau sudah menjadi sesuatu yang biasa di mata para remaja. Entah bagaimana nasib ummat ini ke depan bila tunas-tunas mudanya terus seperti itu.